laporan mikrobiologi identifikasi kapang pada makanan jajanan
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI PANGAN
“Identifikasi Kapang
Pada Jajanan Makanan”
OLEH
:
NAMA :
IRNA SAFITRI
NIM :
Q1A1 15 051
KELOMPOK : 3
(TIGA)
KELAS :
Q1A1_A
JURUSAN
ILMU TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2017
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Media yang umum digunakan untuk menganalisis kapang pada
produk makanan termasuk yang diacu dalam metode SNI 2332.7.2009 (BSN, 2009)
adalah Potato Dextrose Agar (PDA). Masalah yang dihadapi dalam penggunaan PDA sebagai
media untuk menghitung jumlah kapang adalah adanya pertumbuhan yang melebar
pada jenis kapang tertentu hingga memenuhi cawan petri dan menghambat
pertumbuhan kapang lain. Akibatnya, selain menyulitkan penghitungan koloni,
jumlah yang terhitung juga tidak akurat
karena adanya koloni yang terhambat pertumbuhannya. Hal ini terjadi terutama bila terdapat kapang-kapang yang sifat
koloninya mudah menyebar seperti Rhizopus spp. dan Mucor spp. Kedua
jenis kapang ini sangat umum dijumpai pada produk-produk perikanan olahan seperti
ikan asap, pindang, maupun ikan asin.
Kemungkinan lain
yang menjadi penghambat pertumbuhan kapang
dalam pengkulturan adalah adanya
persaingan dengan bakteri meski media
yang selektif untuk kapang telah digunakan. Pada awalnya, media pertumbuhan
untuk kapang yang umum digunakan adalah PDA yang diberi
asam, akan tetapi dewasa ini dikembangkan media dengan penambahan antibiotik yang menyebabkan pH-nya lebih tinggi sehingga memungkinkan
lebih banyak jenis kapang yang tumbuh.
Analisis jumlah kapang dilakukan dengan metode tuang (pour
plate) dengan menggunakan media tumbuh
DRBC dan
PDA (Oxoid) yang
ditambah dengan klorampenikol
(BSN, 2009). Kedua media disterilisasi dahulu (suhu 121OC dengan tekanan
1atm selama 15 menit) dan dilakukan penambahan klorampenikol dengan konsentrasi
akhir 0,01% (b/v). Suhu media saat
siap untuk ditambah
dengan klorampenikol dan dituangkan ke cawan petri adalah 45–60OC.
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis cendawan yang menginfeksi
bahan pangan / makanan jajanan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Mikroba yang terkandung dalam makanan bisa
menyebabkan terjadinya kerusakan mikrobiologis pada makanan sehingga tidak
layak untuk dikonsumsi. Untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu bahan
makanan untuk dikonsumsi oleh masyarakat, perlu dilakukan pengujian mikroba
yang terkandung dalam makanan tersebut, salah satu cara tersebut adalah dengan
analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan. Cara ini sangat penting
dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan. Banyak cara yang dapat dilakukan
untuk mengetahui jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan
(Buckle, 2005).
Secara
makroskopis adanya pertumbuhan kapang
atau khamir lebih mudah dikenali, walaupun untuk memastikan identitasnya harus
dilakukan juga beberapa percobaan yang lebih spesifik. Teknik identifikasi
untuk kapang dan khamir yang sering dilakukan dan dapat diandalkan adalah
pengamatan makroskopis terhadap pertumbuhannya dan mikroskopis denagn melihat
cirri spesifik sporanya melalui percobaan “moist chamber” (Pelczar dan Chan,
2005).
Banyak istilah
yang dipergunakan untuk menyebut jamur atau fungi, seperti cendawan, kapang,
lapuk atau khamir. Jamur yang berbentuk filament disebut kapang, sedangkan
khamir biasanya untuk sebutan yang uniseluler dan yang lebih mencolok
penampilannya disebut jamur, misalnya jamur merang, jamur kelentos, dan jamur
hijau. Untuk mempermudah menyebut digunakan satu kata nama yaitu fungi. Fungi
berasal dari bahasa yunani yaitu mykes yang berarti jamur atau fungi (Ketchum
dan Paul, 2006).
Kapang
terdiri dari suatu thallus yang tersusun dari filamen yang bercabang
yang disebut dengan hifa. Kumpulan dari hifa disebut dengan miselium. Hifa
tumbuh dari spora yang melakukan germinasi membentuk suatu tuba germ, dimana
tuba ini akan tumbuh terus membentuk filamen yang panjang dan bercabang yang
disebut hifa, kemudian seterusnya akan membentuk suatu massa hifa yang disebut
miselium. Pembentukan miselium merupakan sifat yang membedakan grup-grup di dalam
fungi. Hifa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu hifa vegetatif atau hifa
tumbuh dan hifa fertil yang membentuk bagian reproduksi. Pada kebanyakan kapang
hifa fertil tumbuh di atas permukaan, tetapi pada beberapa kapang mungkin
terendam. Penyerapan nutrien terjadi pada permukaan miselium. Sifat-sifat
kapang baik penampakan makroskopik ataupun mikroskopik digunakan untuk
identifikasi dan klasifikasi kapang. Kapang dapat dibedakan menjadi dua
kelompok berdasarkan struktur hifa yaitu hifa tidak bersekat atau nonseptat dan
hifa bersekat atau septat yang membagi hifa dalam ruangan-ruangan, dimana
setiap ruangan mempunyai satu atau lebih inti sel (nukleus). Dinding penyekat
yang disebut septum tidak tertutup rapat sehingga sitoplasma masih bebas
bergerak dari suatu ruangan ke ruangan lainnya
(Alexopoulos and Mims, 2014).
III.
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan
Waktu
Praktikum
Mikrobiologi Pangan tentang Identifikasi Cendawan pada Jajanan Makanan
dilaksanakan di Laboratorium Proteksi
Tanaman Unit Laboratorium Pendidikan, Universitas
Halu Oleo, Kendari. Pada hari Jumat, tanggal 19 Mei 2017
pukul 08.00-09.40 WITA.
3.2. Bahan
dan Alat
Bahan
yang digunakan pada praktikum identifikasi kapang pada jajanan makanan adalah
cabai berjamur, cucur,
media PDA, alkohol, plastik wrap dan kertas label.
Alat yang digunakan pada praktikum identifikasi kapang pada
jajanan makanan yaitu
cawan petri, jarum ose, lampu bunsen dan mikroskop Alat
yang digunakan pada praktikum identifikasi kapang pada jajanan makanan adalah
jarum ose, cawan petri, laminar air flow, inkubator, lampu bunsen dan
mikroskop.
3.3.
Prosedur
Kerja
Prosedur kerja
pada praktikum identifikasi kapang pada jajanan makanan adalah sebagai berikut:
1. Memanaskan media PDA
yang telah di buat sebelumnya, kemudian menuang ke dalam cawan petri.
2. Setelah media
memadat, membenamkan sampel roti dan bahan pangan yang terkontaminasi ke dalam
cawan petri yang berisi media PDA.
3. Menginkubasi selama
3-4 hari, kemudian mengamati merfologi, bentuk hifa, spora dan konidianya.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil dari praktikum identifikasi
kapang pada makanan jajanan adalah sebagai berikut
Gambar sebelum dilakukan inkubasi
A
|
B
|
Sebelum di inkubasi
|
|
C
|
D
|
E
|
F
|
Setelah diinkubasi
|
KET: a. Cabe, b. Cucur, c. Kapang orange cabe, d. Kapang
puti cabe, e. Kapang biru cabe, f. Kapang cucur.
4.2. Pembahasan
Kapang
merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium. Kapang terdiri dari hifa yang merupakan struktur berbentuk
seperti tabung yang terbentuk dari pertumbuhan spora atau konidianya. Kumpulan
hifa dapat membentuk massa yang dikenal dengan miselium. Hifa dapat dapat mudah
dilihat dengan mata bila telah membentuk miselium. Hifa berisi protoplasma yang dikelilingi oleh
suatu dinding yang kuat. Hifa tumbuh menyebar ke dalam tubuh atau semua bagian
organisme. Bentuk hifa yang halus memperluas permukaan kontak dengan substrat
(objek makanannya). Hifa kemudian melepaskan enzim atau substansi lain
(khususnya pada fungi yang hidup pada jaringan hidup) pada substrat agar
kemudian dihasilkan senyawa-senyawa kimia tertentu (terutama karbohidrat). Hifa
kemudian kembali menyerap senyawa-senyawa kimia ini untuk dimanfaatkannya dalam
metabolisme internal. Cara kerja semacam inilah yang menyebabkan fungi berbeda
dengan eukariota lainnya, seperti tumbuhan (autotrof) atau hewan (sepenuhnya
heterotrof). Fungi dengan cara kerja hifa semacam ini dikenal sebagai
saprotrof. Hifa dipakai untuk membedakan kelas-kelas pada fungi.
Jenis makanan yang di tumbuhi kapang terdapat spora yang merupakan adalah satu atau beberapa sel (bisa haploid ataupun diploid) yang terbungkus oleh lapisan pelindung. Sel ini dorman dan hanya tumbuh pada
lingkungan yang memenuhi persyaratan tertentu, yang khas bagi setiap spesies.
Spora adalah sel yang berubah fungsi menjadi alat perkembang biakkan. Bentuk spora serupa
dengan biji, namun bentuknya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang. Spora dapat dilihat dengan bantuan alat yang disebut dengan mikroskop. Spora ini berasal dari sel yang berubah fungsi
menjadi alat perkembangbiakan. Perkembangbiakan pada jamur yang tumbuh di bahan
makanan terjadi pada saat spora jatuh ke bahan pangan yang lembab. Spora yang
jatuh tersebut berubah menjadi alat perkembangbiakan dan mengisap makanan,
sampai akhirnya tumbuh menjadi tumbuhan jamur yang baru.
Berdasarkan percobaan yang telah diamati morfologi,
bentuk hifa dan konidia yang terdapat pada cucur dan cabe yang telah
diinkubator dengan menggunakan mikroskop maka didapatkan hasil percobaan yaitu
terdapat morfologi, spora, hifa dan konidia dengan variasi yang berbeda
berdasarkan jenis wana atau jenis kapang yang dihasilkan.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan maka
dapat disimpulkan bahwa bentuk spora serupa dengan biji, namun bentuknya
sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Spora dapat
dilihat dengan bantuan alat yng disebut dengan mikroskop. Spora ini berasal
dari sel yang berubah fungsi menjadi perkembang biakan. Hifa adalah struktur
fungi berbenyuk seperti tabung yang berbentuk dari pertumbuhan spora dan konidi.
Kumpulan hifa dapat membentuk massa yang dikenal dengan miselium. Dari
percobaan, yang diamati morfologi, spora, bentuk hifa dan konidia yang terdapat
pada bahan pangan yang diamati yang telah di incubator menghasilkan kapang
dengan berbagai waran dan variasi yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Alexopoulos C., J., Mims. C., W., 2014. Morfologi kapang. Press: Jakarta.
Indryani. R. 2008. Pengujian
Mikrobiologi Pangan. Jurnal Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia. No2. Vol 9.
Pelczar, M.J. and E.C.S Chan. 2005.
Dasar-dasar Mikrobiologi. jilid 1 dan 2. UI-Press: Jakarta.
Ketchum and Paul. A. 2006. Microbiology, Concepts and Applications. UI-Press:
Jakarta.
Coin Casino - Bonus Codes - Casinoworld
BalasHapusGet the latest promo codes for Coin Casino. 카지노사이트 Best Bitcoin casinos and bonuses available at the best 메리트 카지노 고객센터 Bitcoin 인카지노 casinos. Get all the latest bonus codes